Renungan Kristen Tentang Kematian dan Meninggal Dunia

Yukristen.com – Renungan rohani tentang orang meninggal dunia. Setiap manusia akan lebih dekat dengan Bapa di Surga-Nya saat waktunya tiba. Ketika hari itu datang, maka kita akan meninggalkan segala yang ada di dunia. Mulai dari kekayaan, pangkat, pasangan, anak, dan sebagainya.

Sebagai orang yang masih hidup, saat ada kerabat yang meninggal dunia, tugas kita adalah menghibur keluarga yang ditinggalkan dengan memberi ucapan belasungkawa kristen. Bagi pihak yang meninggal dunia, layaknya kita memanjatkan doa untuknya, yaitu doa kristen untuk orang meninggal dunia.

Memberi dukungan kepada orang yang meninggal dunia dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan ucapan dan doa. Namun kita juga harus ingat, doa ataupun ucapan kata-kata mutiara tersebut juga berlaku bagi kita.

Bahwa ketika masanya tiba, kita juga akan meninggalkan dunia ini menuju alam yang lebih abadi. Kita tidak akan berjumpa kembali dengan suami, istri, anak, orang tua, ataupun teman bila belum waktunya dipertemukan Bapa.

Maka dari itu, pada kesempatan ini kami ingin berbagi kumpulan renungan Kristen tentang kematian yang bisa menjadi salah satu referensi renungan harian bagi kita pribadi supaya lebih ingat dan sadar akan kematian yang bisa terjadi kapan saja.

Kematian Kristus: Korban yang Sempurna

Hari ini umat Kristiani merayakajn Jumat Agung yang mengingatkan kita kembali tentang betapa besarnya kasih dan pengorbanan Yesus Kristus. Dia rela mati untuk menebus dosa umat manusia di atas kayu salib. Seriuan Kristus epada Bapa: Eloi, Eloi, lama sabakhtani yang artinya BApaku mengapa Engkau meninggalkan Aku menyiratkan suatu pergumulan batin dan penderitaan badani yang teramat berat yang harus ditanggung-Nya.

Meskipun kita harus mengalami aniaya serta siksaan hebat, namun Kristus tak pernah sekalipun melawan, seperti domba kelu yang dibawa ke medan pembantaian. Kematian Kristus di Kalvari merupakan bukti ketaatan-Nya kepada Bapa demi menggenapi rencana Tuhan. Pengorbanan-Nya ini disebut dengan pengorbanan yang sempurna, sebab Kristus mempersembahkan tubuh-Nya untuk dijadikan korban penebusan dosa.

“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib,”  (1 Petrus 2:24),  “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.” (Ibrani 7:25-27).

Sebagai imam besar, Kristus bukan hanya mempersiapkan korban kepadaBapa, melainkan diri-Nya sendirilah yagn menjadi korban persembahan tersebut. Lalu, adakah pemimpin masa kini yang mampu melakukan apa yang Kristus perbuat?

Rasanya tak ada. Sayang sekali, banyak orang yang tak menghargai, namun justru menganggap remeh pengorbanan Kristus ini, termasuk orang Kristen sendiri yang hanya bisa menjadikan salib sebagai simbol belaka. Maka, jangan pernah sekali-kali menyia-nyiakan pengorbanan Kristus ini!

Kematian Orang Percaya: Bukan Akhir Segalanya

“Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” 1 Tesalonika 4:14.

Kematian sering menjadi sebuah berita yang menakurkan bagi semua orang. Itulah mengapa tak seorang pun yang antusias bahkan merasa enggan dan berusaha menghindar dari perbincangan semacam ini. Misal diminta untuk memilih antara kematian atau kehidupan, tentu sudah jelas orang-orang akan memilih kehidupan.

Namun berita buruknya, saat ini tak ada seorang pun yang bisa menghindar dari kematian. Dalam kata lain, cepat atau lambat kita pasti akan mengalami hal tersebut karena kematian tak mengenal pangkat, status, ataupun usia.

“…tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian.” (Pengkotbah 8:8).

Yang kini menjadi pertanyaannya adalah ke mana manusia setelah mati? Inilah yang kerap menjadi pergumulan berat setiap orang. Tak heran bila ada banyak orang yang ketika berada di detik-detik kematian, mereka merasakan takut yang luar biasa.

Tak hanya itu, kematian seseorang juga mendatangkan dukacita yang sangat mendalam bagi sanak saudara yang ditinggalkan. Bila ada kematian, di situ tentu saja ada uraian air mata yang menunjukkan kesedihan. Mereka tampaknya tak rela bila orang yang begitu mereka kasihi pergi untuk selama-lamanya.

Berduka adalah sesuatu yang manusiawi. Namun haruskah kita terus menerus larut dalam kesedihan yang berkepanjangan? Bila demikian, apa bedanya kita dengan orang-orang yang belum percaya? Sebab, kehidupan orang percaya tersebut bukan sebuah kehidupan yang tak berpengharapan, melainkan seperti mereka yang belum percaya itu.

Begitu pula dengan kematian orang yang percaya, itu bukanlah akhir darisegalanya, melainkan awal dari kehidupan yang sesungguhnya. Sebab, akan ada jaminan yang pasti bagi orang yang mati di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Kesimpulan

Itu dia sejumlah kumpulan renungan rohani kristen tentang kematian dan orang yang sudah meninggal dunia, memberikan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan dan mengingatkan kita akan pencabutan nyawa di suatu hari yang merupakan kepastian.

Baca:


Tinggalkan komentar