Renungan Kristen Kaum Bapak dan Ayah Menyejukkan Jiwa

Yukristen.com – Renungan Kristen tentang kaum bapak. Tepat pada hari kemarin kami baru saja membahas mengenai renungan kristen tentang kaum ibu. Jadi, rasanya tidak adil bila kami tidak turut membagikan renugnan-renungan mengenai kaum bapak.

Mengapa hal ini perlu dibahas? Pada dasarnya kita mengetahui, dalam kehidupan berkeluarga, berposisi sebagai anak, kita tidak hanya diurus oleh ibu saja, melainkan juga ayah. Peran ayah atau bapak pun terbilang vital, dialah yang mencarikan nafkah untuk kita agar bisa hidup, berpendidikan, dan tumbuh.

Saat keluarga berada dalam masalah, bapak juga lah yang bertanggung jawab untuk memecahkan dan menemukan solusinya. Misalnya saat berhutang, tidak hanya cukup dengan membaca doa katolik untuk melunasi hutang atau doa kristen ketika terlilit hutang, melainkan bapak juga harus bekerja keras untuk berusaha melunasinya.

Nah pada kesempatan ini, kami ingin membagikan sejumlah renungan-renungan tentang kaum bapak. Mudah-mudahan dengan adanya renungan ini kita bisa menjadi lebih peduli terhadap bapak atau ayah dan semakin menjadi anak yang berbakti dalam keluarga. Silahkan disimak.

Orangtua dan Anak Saling Bertanggung Jawab

“Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian,” Amsal 4:1.

Anak adalah tiitpan tuhan, namun tugas mendidik anak adalah tanggung jawab orangtua. Dewasa ini seringkali tanggung jawab tersebut hanya dibebankan pada ibu, sementara si bapak jarang memiliki waktu untuk anak-anaknya karena sibuk pekerjaan.

Alkitab menerangkan bahwa sesibuk apapun, seorang ayah tak boleh meninggalkan tanggung jawabnya untuk mendidik anak karena ayah adalah wakil Tuhan dalam keluarga. Umumunya seorang anak, khususnya laki-laki akan menjadi figur ayah sebagai role model dalam kehidupannya.

Tingkah ayah akan menjadi perhatian sendiri dalam hati anak. Jika anak sudah memiliki konsep yang salah tentang ayahnya, maka secara tak langsung itu akan membentuk pribadi dan pola pikir mereka bahkan ia juga mungkin meniru perbuatan ayahnya di kemudian hari.

Saat mendidik anak, orangtua harus bersikap tegas, bahkan jika itu diperlukan menurut Alkitab orangtua boleh menggunakan tongkat, namun tanpa membangkitkan amarah anaknya.

Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” (Amsal 13:24).

Yang penting adalah motivasi ketika orangtua memukulnya. Pukulan harus atas dasar kasih sayang dengan tujuan membuat anak jera dan tak mengulangi kesalahannya. Kesalahan orangtua adalah tidak menggunakan tongkat karena mengasihi anaknya, namun untuk melampiaskan amarah.

Ini sangat berbahaya karena bila dalam keadaan marah atau jengkel, orangtua dapat memukul anaknya dengan tanpa batas tak terkendali. Ini merupakan kejahatan di mata Tuhan.

“Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3:21).

Ayah yang takut akan Tuhan tak akan mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya mendidik anak sesuai firman Tuhan.

Allah Bapa yang Baik

“Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” Mazmur 103:13.

Ayah memberikan cincin kepada anak bungsu sebagai lambang otoritas. Di awal penciptaannya, manusia beroleh kuasa dan otoritas dari tuhan untuk menguasai serta menaklukkan bumi.

“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26).

Namun kuasa dan otoritas tersebut hilang karena manusia jatuh dalam dosa. Namun mealui pengorbanan Yesus di atas kayu salib, orotitas dan kuasa itu dikembalikan serta menjadi milik orang percaya seperti penegasan Yesus.

“Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.” (Lukas 10:19).

Setiap orang percaya kepada Yesus memiliki kuasa di dalam nama-Nya, karena nama-Nya adalah nama di atas segala nama dan di dalam nama-Nya bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bumi.

Sang ayah juga mengenakan sepatu pada kaki anaknya, sebab saat pulang anaknya tak lagi mengenakan sepatu karena ia hidup sebagai budak, namun kini anak dikembalikan kepada posisi semula.

Dosa kita terbuang jauh dari Bapa, namun lewat karya Kristus, kita dikembalikan kepada posisi semula yaitu sebagai anak yang dikasihani-Nya, dipindahkan dari kegelapan dan dituntun untuk menjadi objek kasih Bapa.

Kepulangan anak bungsu juga membuat hati ayah dipenuhi sukacita sehingga ia menggelar pesta. Pesta adalah gambaran sukacita Bapa yang besar karena anak-Nya yang telah lama hilang didapat-Nya kembali.

Tak ada sukacita yang lebih besar daripada sukacita karena seorang yang berdosa, yang lama hilang, pulang kembali ke rumah Bapa kemudian diselamatkan. Saat itu beribu-ribu malaikat di sorga akan bersorak penuh sukacita.

“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Lukas 19:10.

Kesimpulan

Sekian pembahasan mengenai renugan rohani kristen kaum bapak, khotbah kaum bapak, memberikan yang terbaik, bahan renungan pemuda dan kaum bapak, renungan mengenai hati bapak dan mengkaji peran seorang bapak, renungan yang menyejukkan jiwa serta hidup dalam pengertian.

Baca:


Tinggalkan komentar